Senin, 18 Juni 2012


A. Judul
Dengan Kearifan Budaya Lokal (Kebijaksanaan) Kita Bentuk Karakter Generasi Penerus Bangsa

B. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kita tahu bahwa manusia tidak bisa lepas dari pendidikan. Manusia hidup terus berproses dan berkembang menuju lebih baik untuk mencapai itu salah satunya adalah dengan pendidikan. Pengertian pendidikan itu sendiri menurut Kihajar Dewantara adalah memnuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak – anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya. Atau jika diartikan secara sederhana oleh kita pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suatu poses pembelajaran yang aktif dengan mengembangkan potensi dirinya dan sumber daya yang ada. Pendidikan membawa manusia lebih baik, baik dari segi moral ataupun ekonomi dari segi pemikiran ataupun tindakan. Seperti halnya tercantum dalam Undang-undang dasar 1945 “Bahwa pendidikan adalah hak segala bangsa” itu telah membuktikan betapa pentingnya porsi pendidikan untuk kemajuan bangsa.
Dan disini manusia mempunyai kapasitas untuk menyerap apa yang terjadi di sekelilingnya, selanjutnya menganlisis dan menafsirkan baik sebagai hasil pengamatan maupun pengalaman, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk meramalkan ataupun sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Jadi pengetahuan merupakan keluaran dari proses pembelajaran, penjelasan berdasarkan pemikiran dan persepsi mereka. Namun demikian dalam tataran falsafah ilmu, pengetahuan bukanlah merupakan kebenaran yang bersifat mutlak atau hakiki.
Pengetahuan sendiri tidak mengarah ke suatu tindakan nyata. Di balik pengetahuan atau di sisi pengetahuan dalam masyarakat ada norma budaya atau kewajiban yang dapat mempengaruhi arah keputusan yang diambil baik kemudian bersifat positif maupun negatif. Sementara kearifan adat dipahami sebagai segala sesuatu yang didasari pengetahuan dan diakui akal serta dianggap baik oleh ketentuan agama. Adat kebiasaan pada dasarnya teruji secara alamiah dan niscaya bernilai baik, karena kebiasaan tersebut merupakan tindakan sosial yang berulang-ulang dan mengalami penguatan (reinforcement). Apabila suatu tindakan tidak dianggap baik oleh masyarakat maka ia tidak akan mengalami penguatan secara terus-menerus. Pergerakan secara alamiah terjadi secara sukarela karena dianggap baik atau mengandung kebaikan.
Namun secara filosofis, kearifan lokal dapat diartikan sebagai sistem pengetahuan masyarakat lokal/pribumi (indigenous knowledge systems) yang bersifat empirik dan pragmatis. Bersifat empirik karena hasil olahan masyarakat secara lokal berangkat dari fakta-fakta yang terjadi di sekeliling kehidupan mereka. Bertujuan pragmatis karena seluruh konsep yang terbangun sebagai hasil olah pikir dalam sistem pengetahuan itu bertujuan untuk pemecahan masalah sehari-hari (daily problem solving).
Seperti hanya di ungkapkan dalam Permendagri Nomor 39 Tahun 2007 pasal 1 mendefinisikan budaya daerah sebagai “suatu sistem nilai yang dianut oleh komunitas atau kelompok masyarakat tertentu di daerah, yang diyakini akan dapat memenuhi harapan-harapan warga masyarakatnya dan di dalamnya terdapat nilai-nilai, sikap tatacara masyarakat yang diyakini dapat memenuhi kehidupan warga masyarakatnya”. Dari definisi-definisi itu, kita dapat memahami bahwa kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke generasi oleh karena itu dapat diklalifikasiskan sebagai berikut, :
1. Jenis Kearifan Lokal
a) Tata kelola,berkaitan dengan kemasyarakatan yang mengatur kelompok sosial (kades).
b) Nilai-nilai adat, tata nilai yang dikembangkan masyarakat tradisional yang mengatur etika.
c) Tata cara dan prosedur, bercocok tanam sesuai dengan waktunya untuk melestarikan alam.
d) Pemilihan tempat dan ruang.
2. Fungsi Kearifan Lokal
a) Pelestar ian alam,seperti bercocok tanam.
b) Pengembangan pengetahuan.
c) Mengembangkan SDM.

Pendidikan dan budaya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, begitupula dengan budaya dan masyarakat saling terkait dan saling berjalan beriringan. Seiring dengan kemajuan masyarakat maka akan secara otomatis kebudayaan yang ada di masyarakatpun dapat terus berkembang.
Pendidikan dapat kita peroleh baik dalam jalur formal, informal, maupun non formal. Dari keriga aspek itulah saling mendukung untuk mencetak generasi bangsa yang bermoral dan bermartabat. Pendidikan dapat berjalan selaras apabila pelaku dalam pendidikan tidak megesampingkan nilai budaya, karena kita tahu bahwa budaya adalah tonggak dasar masyarakat dalam menjalankan kehidupannya, kehidupan akan berjalan dengan harmonis apabila nilai – nilai dalam budaya dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Karena kita tahu bahwa Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.
Dari penerapan nilai budaya atau kearifan budaya dalam pendidikan adalah salah salah satu usaha untuk menyokong perbaikan moral generasi muda pada khususnya dan bangsa pada umumnya. (Agus wibowo januari 2012) yang kian hari kian ambruk tertelan kemoderenan. Oleh karena itu peneliatian tentang peran kearifan budaya lokal dalam masyarakat tentunya dibidang pendidikan dapat membantu perbaikan karakter generasi bangsa perlu dilakukan.

C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat dilakukan perumusan maslah sebagai berikut:
1. Bagaimana mencitrakan kepada anak tentang pentingnya kearifan budaya lokal (Kebijaksanaan) dalam pendidikan untuk membentuk generasi bangsa yang bermoral?
2. Bagaimana peran kearifan budaya lokal (Kebijaksanaan) dalam pendidikan untuk membentuk generasi bangsa yang bermoral?
3. Bagaimana menerapkan kearifan budaya lokal (Kebijaksanaan) dalam pendidikan untuk membentuk generasi bangsa yang bermoral?

D. Tujuan
Tujuan yang igin dicapai dengan adanya penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui cara pencitrakan kepada anak tentang pentingnya kearifan budaya lokal (Kebijaksanaan) dalam pendidikan untuk membentuk generasi bangsa yang bermoral.
2. Untuk mengetahui peran kearifan budaya lokal (Kebijaksanaan) dalam pendidikan untuk membentuk generasi bangsa yang bermoral.
3. Untuk mengetahui menerapkan kearifan budaya lokal (Kebijaksanaan) dalam pendidikan untuk membentuk generasi bangsa yang bermoral.

E. Luaran
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah paparan deskriptif tentang program kearifan budaya lokal (Kebijaksanaan) dalam pendidikan untuk membentuk generasi bangsa yang bermoral. Baik tentang pencitraannya untu peserta didik khususya dan untuk membiasakan masyarakat pada umunya. Seperti yang telah dipaparkan oleh Kemendiknas bahwa pendidikan sebagai alternatif perventif, membangun generasi baru bangsa menjadi lebih baik. Melalui pendidikan karakter yang telah diinternalisasikan diberbagai tingkat, jenjang dan jalur pendidikan diharapkan krisis karakter dibangsa ini bisa segera diatasi. Lebih dari itu, pendidikan karakter sendiri merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Disamping itu juga untuk mengetahui seberapa jauh peran dan penerapan dari konsep yang kita ambil yaitu kearifan budaya lokal (Kebijaksanaan) dalam pendidikan untuk membentuk generasi bangsa yang bermoral.

F. Kegunaan
1. Manfaat Secara Teoritis
Dari penelitian ini diharapkan ilmunya dapat bermanfaat atau setidaknya bisa menjadi rujukan informasi bagi para pendidik khususnya dan masyarakat pada umunya.
2. Manfaat Praktis (nyata)
a. Untuk Peserta didik Pada TPQ Robanni
1) Dapat dijadikan acuan pada diri mereka betapa pentingnya kearifan budaya lokal (Kebijaksanaan) dalam proses pendidikan mereka dalam membentuk pribadi yang bermoral sebagai generasi bangsa.
2) Menjadi sarana pendukung bagi mereka selain dari pendidikan Agama mereka juga bisa menata diri dan memperbaikai moral mereka melalui kearifan budaya lokal (Kebijaksanaan).
b. Bagi Masyarakat Umum
1) Dapat dijadikan sebagai rujukan atau pilihan bagi para orang tua atau pendidik dalam mendidik anaknya ataupun muridnya demi memperoleh hasil seperti yang diharapkan yaitu tercapainya generasi bangsa yang bermoral melalui kearifan budaya lokal.
2) Dapat menambah pengetahuan mereka tentang bersahabatnya kearifan budaya lokal (Kebijaksanaan) dalam khidupan kita.
c. Bagi Peneliti
1) Dapat menambah wawasan kita tentang pentingya kearifan budaya lokal (Kebijaksanaan) dalam pendidikan untuk membentuk generasi bangsa yang bermoral.
2) Mendapatkan sumber belajar yang baru khususnya dalam ranah pengolahan pendidikan nonformal.

G. Gambaran Masyarakat yang Menjadi Sasaran
Banjarnegara adalah sebuah kota yang mayoritas masyarakatnya bercocok tanam atau bekerja sebagai petani. Tidak berlebihan jika terjadi seperti itu, karena memang tingkat pendidikan sangat mempengaruhi pekerjaan seseorang dan realitanya adalah moyoritas masyarakat kita masih berpendidikan rendah setrata SD atau hanya sampai SMP itulah yang menyebabkan mereka tidak punya pilihan lain melakoni sebuah pekerjaan. Sebagai gambaran - gambaran dibidang pendidikan yaitu Beberapa indikator penting untuk mengetahui intensitas pembangunan dibidang pendidikan antara lain, ialah angka partisipasi sekolah (baik kasar maupun murni) pada berbagai level sekolah, rasio guru- murid, rasio murid-kelas dan penurunan jumlah penduduk yang buta huruf. Rincianya sebagai berikut:
1. Angka Partisipasi Kasar/Murni SD/MI: 103,62% /93,67%
2. Angka Partisipasi Kasar /Murni SMP/MTs: 89,61% /79,61%
3. Angka Partisipasi Kasar/Murni SLTA/MA: 39,53%/34,57%
4. Ratio guru – murid untuk TK dan sederajatnya: 30
5. Ratio guru – murid untuk SD dan sederajatnya 23
6. Ratio guru – murid untuk SLTP dan sederajatnya: 19
7. Ratio guru – murid untuk SLTA dan sederajatnya: 17
8. Jumlah TK dan sederajatnya 251 unit
9. Jumlah SD dan sederajatnya 866 unit
10. Jumlah SMP dan sederajatnya 98 unit
11. Jumlah SLTA dan sederajatnya 36 unit
12. Jumlah PT dan sederajatnya 2 unit.
Dari data diatas sudah bisa menjadi gambaran betapa lemahnya pendidikan di Banjarnegara umumnya dan Desa Gumiwang khususnya.
Lebih mengerucut lagi pada daerah yang akan kita teliti yaitu Kecamatan Purwonwgoro, Desa Gumiwang, Dusun Mergayasa kulon tidak jauh halnya seperti keadaan banjarnegara pada umumnya. Jika dilakukan presentase maka mayoritas masyarakatnya berpendidikan tak kurang dari lulusan SMP. Ketidakmeraan ekonomi dan kesadaran masyarakat akan pendidikan masih kurang, hal itu yang menjadi pemicu utama ketidak merataan pendidikan didaerah saya. Menyebabkan masyarakatnya hanya bisa mengandalkan hasil dari bertani atau berwirausaha dengan ilmu yang telah mereka dapat.
Namun untuk sekarang ini pandangan masyarakat atau pola kehidupan masyarakat sedikit terpengaruh dan pengaruh ini berdampak positif pada masyarakat itu sendiri dan pada lingkungan umumnya. Sadar bahwa generasi muda harus didampingi dan diberdayakan maka berdilah sebuah lembaga pendidikan yang termasuk pada pendidikan non formal yaitu TPQ dan Tempat Bimbingan Belajar (Bimbel) Robanni.
Ternyata Langkah brilian yang awalnya hanya perorangan kemudian menjadi sebuah lembaga dapat diterima dengan baik oleh masyarakatnya. Terbukti bahwa mayoritas anak usia SD ketika jam – jam tertentu mereka berduyun – duyun datang ketempat TPQ dan (Bimbel) yang disediakan oleh salah seorang warga, dalam artian tempat belajar mengajkar kita masi dirumah warga yang secara Cuma – Cuma disediakan. Disini terlihat bahwa kesadaran masyarakat di dusun Mergayasa kulon akan pentingnya pendidikan sudah tinggi, tinggal bagaimana cara kita mengelola dan bertahan dari gempuran zaman dan terus ber inofasi dalam pengembangan ilmu agar anak – anak tidak cepat merasa bosan akan model pengajaran yang disediakan.
Namun kita disisni mengalami keterbatasan dari pihak pengajar, karena pengajar tepap pada lembaga ini hanya satu orang sementara yang lain hanya membatu di belakang layar, Guru penganti tidak tentu ada yang ada hanya guru singgah atau guru tamu yang secara cuma – Cuma mau berbagi ilmu dengan anak – anak itupun intensitasnya sungguh jarang. Sehingga menyebabkan sering terjadi kekecewaan pada si anak karena sering mereka telah berangkat kelokasi tempat belajar mengajar berlangsung namuan tidak ada gurunya. Karena gurunya hanya satu orang sehingga sering jika ada keperluan yang memdadak harus meninggalkan anak – anaknya yang seharusnya memperoleh pengajaran.
Kemudian yang menjadi masalah disini juga pada hal inovasi dan komposisi dalam pembelajaran. Dibalik dampak baik yang sudah dirasakan oleh masyarakat namun semua itu juga ada tahap atau porsinya mungkin dua tiga tahun ini masih tetap bisa berjalan dan tepat mendapat tempat dihati masyarakat namun bagai mana dengan kedepanya jika yang diajarkan hanya mengulang pelajaran yang mereka dapat disekolah kemudian mereka hanya belajar itu – itu saja maka hasinya juga kurang optimal yang yang ingin dikembangkan disini adalah mengenalkan nilai – nilai kearifan budaya pada anak – anak agar hasinya lebih maksimal terutama untuk perbaikan moral bangsa karena kita tahu sendiri bahwa sekarang Indonesia sedang mengalami krisis moral. Dari hal hal kecil seperti mengajarkan mereka untuk tenggang rasa, saling menolong, salaing menghargai dan jujur, cinta alam dan menghargai adat dari hal kecil seperti itu mungkin akan sedikit membentuk karakter mereka dengan lebih baik untuk kedepanya.
H. Pihak Luar yang Terlibat dalam Penelitian
1. Masyarakat Dusun Mergayasa Kulon
Keberlajutan atau berjalanya suatu program ditak bisa lepas dari peran masyarakatnya itu sendiri. Karena masih ada sebagian masyaakat kiata yang masih mengenyampingkan pendidikan. Menurut mereka pendidikan cukup diterima dibangku sekolah saja.
2. Kepala Desa
Meskipun ini masih dalam lingkup desa namun TPQ dan Bimbel Robanni sanggat membutuhkan dukungan dari kepala desanya itu sendiri baik dari segi finansial (materi), moral, dan apresiasi yang tinggi dengan adanya lembaga ini. Diharapkan partisipasi dan kepedulian dari kepala desa Gumiwang, dapat semakin memajukan dan dapat saling mendukung dalam berbagai aspek.
3. Dinas Pendidikan
Dinas pendidikan dalam hal ini sangatlah berperan penting dalam proses berjalanya TPQ dan Bimbel robanni ini, baik dari segi kebijakanya maupun dari segi bantuan finansial yang dapat dimanfaatkan, jadi terjadi timbal balik antara dinas pendidikan yang mengejar suatu target misalnya terbentuknya karakter generasi bangsa khususnya dan masyarakat pada umumnya akan sedikit terbantu dengan pengembangan program yang akan dilaksanakan di TPQ dan Bimbel Robanni ini.
4. Media massa
Kita tahu bahwa pulikasi dalam suatu kegiatan atau acara sanngatlah perlu untuk dilakukan. Dari media massa itulah banyak keuntungan yang bisa kita peroleh salah satunya adalah nama kita bisa dikenal masyarakat secara luas, sehingga peserta didik tidak hanya berasal dari Dusun Mergayasa Kulon saja namun juga meluas untuk tingkat Desa Gumiwang khususnya dan kecamatan Purwonwgoro pada umumnya, sehingga diharapkan sedikit – demi sedikit dari ruang lingkup yang kecil ini kita bisa membatu pemerintah dalam pembentukan karakter dan moral bangasa melalui nilai – nilai budaya dan kearifan budaya lokal.
5. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah disini sangat erat kaitanya dengan Dinas pendidikan, jadi dari kebijakan pemerintahlah dinas pendidikan dapat menjalankan programnya dan diharapkan dari kebijakan – kebijakan itu diharapkan dapat mendukung berlansungnya lembaga ini.

I. Metode Pelaksanaan
Ada beberapa metode yang dapat dilaksanakan dengan adanya penelitian ini antara lain:
1. Metode Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini kita lebih mengutamakan pada penekanan keingin tahuan untuk mengetahui cara pencitrakan, peran dan penerapan kepada anak tentang pentingnya kearifan budaya lokal (Kebijaksanaan) dalam pendidikan untuk membentuk generasi bangsa yang bermoral. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif deskiptif, atau lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisas, jadi analisis untuk setiap sub lebih diperhatikan.
Sehingga diharapkan dari penelitian ini masalah yang ada dapat teridentifikasi seutuhnya dan dapat dilakukan perbaikan demi kemajuan bersama.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah peserta didik TPQ dan Bimbingn Belajar Robanni pada Dusun Mergayasa Kulon, Desa Gumiwang, Kecamatan Purwonegoro, Kabupaten Banjarnegara.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Rencana dalam penelitian ini akan dilaksanakan pada peserta didik TPQ dan Bimbingn Belajar Robanni pada Dusun Mergayasa Kulon, Desa Gumiwang, Kecamatan Purwonegoro, Kabupaten Banjarnegara. Alasan pemilihan tempat ini karena lokasi penelitian kurang terprogram dan kurang akan pembinaan. Sehingga perlu sedikit inovasi untuk proses belajar mengajar disini dan dibutuhkan output yang lebih optimal.
Penelitian ini kan dilaksanakan dalam jangka waktu 1 tahun demi tercapainya hasil yang maksimal.
















J. Daftar Pustaka
Dwi Siswoyo dkk. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press
Agus Wibowo. (2012). Pendidikan Karakter, Strategi Membangun karakter Bangsa yang Berperadaban. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Drs.Sumanto.M.A. , (1995) , Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan , Yogyakarta : Andi Offset


0 komentar:

Posting Komentar